Lebih Baik Cbr Atau Vbr

Lebih Baik Cbr Atau Vbr

Perbedaan VBR dan CBR

Keuntungan dan Kerugian CBR

Terjadi kesalahan. Tunggu sebentar dan coba lagi.

Apa itu Bit Rate?Dimulai dengan kata “apa itu bit” dan “mengapa kita perlu tahu?”, bit kepanjangan dari “binary digit”, adalah unit informasi terkecil dalam komputasi. Dibutuhkan 8 bit untuk membuat satu byte informasi.

“Bit rate” mengacu pada jumlah bit data yang ditransfer dalam file selama jangka waktu yang ditentukan biasanya diukur dalam jumlah “bit per second” atau “bps”.

Kecepatan bit konstan (CBR) dan variable bit rate (VBR) adalah tipe utama pengkodean bit rate. Kompleksitas pemandangan dapat bervariasi secara signifikan selama beberapa jam rekaman video, dan kecepatan bit yang Anda pilih untuk perekaman akan berpengaruh pada kualitas gambar, konsumsi bandwidth, dan penyimpanan hard drive.

Adegan yang kompleks dengan aksi yang bergerak, seperti lalu lintas di jalan kota, atau pemandangan dengan banyak warna kontras, akan mempengaruhi kualitas gambar dan konsumsi bandwidth lebih dari sekadar pemandangan yang kurang kompleks, seperti ruang interior dengan sedikit aksi atau gerakan. .

Sebagian besar NVR dan IP kamera membiarkan Anda memilih tingkat bit konstan atau variabel untuk merekam video, dan inilah mengapa Anda “perlu tahu” perbedaannya.

Keuntungan dan Kerugian CBR dan VBR

Keuntungan dari CBR adalah konstan dalam jumlah bit yang dikirim dalam setiap detik dan memiliki nilai konsistensi kualitas video, sedangkan kerugiannya adalah pemakaian yang irasional pada ruang penyimpanan. Sedangkan keuntungan dari VBR adalah dapat menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik, menekan laju penggunaan yang tidak rasional pada media penyimpanan, sedangkan kerugiannya ialah ketika perbedaan kualitas gambar yang terlalu ekstrim dapat menghasilkan video yang terlihat tidak konsisten.

Perbedaan VBR dan CBR

VBR (Variable Bitrate) dan CBR (Constant Bitrate) adalah dua metode untuk mengkompresi video secara Lossy Compression. Metode VBR mengubah bitrate pada setiap frame secara dinamis berdasarkan kebutuhan video. Video dengan bagian kompleks yang memerlukan banyak detail akan memiliki bitrate yang lebih tinggi, sedangkan bagian yang kurang kompleks akan memiliki bitrate yang lebih rendah. Sementara itu, metode CBR menjaga bitrate tetap konstan pada setiap frame. Metode ini cocok untuk video dengan frame yang seragam seperti video konferensi atau video surveilans.

Dengan mengetahui jenis-jenis compression dalam video seperti Lossless Compression, Lossy Compression, serta teknik kompresi video seperti VBR dan CBR, Anda bisa memilih teknik kompresi yang tepat untuk kebutuhan video Anda.

CBR dan VBR adalah dua jenis pengkodean data dalam format suara atau video. CBR, atau Constant Bit Rate, adalah jenis pengkodean di mana bit rate atau jumlah bit per detik dikonstan selama durasi media. Sementara itu, VBR, atau Variable Bit Rate, adalah jenis pengkodean di mana bit rate berubah-ubah sepanjang durasi media.

Understanding Video Compression

Video compression adalah metode untuk mengurangi ukuran file video tanpa mengurangi kualitas video secara signifikan. Data video yang tidak terkompresi memerlukan banyak ruang penyimpanan. Dalam beberapa kasus, ukuran file tersebut bisa mencapai gigabytes, terutama jika sudah direkam dengan kualitas tinggi seperti resolusi 4K atau 8K.

Video compression bekerja dengan mengurangi jumlah data yang tidak penting dari video. Salah satu cara yang umum digunakan ialah dengan menghapus informasi piksel (pixel information) yang sama dari frame ke frame. Metode ini dikenal dengan nama encoding inter-frame atau lebih dikenal dengan istilah “video codec”.

Jenis-Jenis Compression dalam Video

Compression adalah proses mengurangi ukuran file atau data dengan cara menghapus informasi yang tidak penting. Pada video, proses ini dilakukan dengan menghapus frame atau bagian video yang memiliki detail rendah. Compression pada video dilakukan untuk mengurangi ukuran video dan membuat proses streaming dan transfer file lebih efisien. Ada beberapa jenis compression yang digunakan dalam video, antara lain:

Lossless Compression adalah teknik compression di mana data atau informasi dalam video dikompresi tanpa kehilangan kualitas atau informasi apa pun. Dalam Lossless Compression, setiap frame akan dikompresi dan disimpan dengan cara yang sama tanpa kehilangan detail. Video ini akan sangat besar dalam ukuran file karena tidak ada data yang hilang selama proses kompresi. Meskipun begitu, Lossless Compression sering digunakan oleh konten video yang membutuhkan kualitas yang sangat tinggi seperti film dan juga video game.

Lossy Compression merupakan teknik compression yang paling umum digunakan dalam video. Dalam Lossy Compression, data yang kurang penting dihapus dari video dan frame yang kurang penting akan dihapuskan selama proses kompresi. Teknik ini memungkinkan untuk mengurangi ukuran file video menjadi lebih kecil dibandingkan dengan aslinya. Namun, kelemahan dari teknik Lossy Compression adalah kehilangan kualitas video. Kualitas video yang dihasilkan oleh Lossy Compression bisa saja kurang baik dibandingkan dengan video asli.

VBR (Variable Bite Rate)

Variable Bite Rate (VBR) adalah metode encoded video yang menjamin kualitas video dengan menempatkan intelligent bit selama proses encoding. Encoder mengalokasikan informasi yang sesuai untuk setiap detiknya, bergantung pada kompleksitas file video.

Dibandingkan dengan CBR, VBR video menyediakan kualitas yang lebih baik dengan penggunaan ratarata bandwidth yang sama. Penggunaan VBR akan menghasilkan penggunaan bandwidth yang efisien, tetapi perbedaan bit rate paket video menyebabkan permasalahan dalam menghitung bandwidth efektif dari video streams.

Format CBR seperti ini bisa digunakan untuk mempertahankan kualitas gambar ketika proses kompresing dilakukan. File gambar tidak akan di kompres atau diperkecil bila tidak mencapai titik batas 6MB/s tetapi tidak melewati batas 9MB/s.

Dengan sistem CBR maka, kualitas gambar terjaga dan lebih tajam, tetapi menghasilkan ukuran file lebih besar.

.::VBR::.Variabel BitRate (VBR) memiliki 3 batasan yaitu atas, rata rata dan bawah. File akan dipertahankan agar sebuah file untuk DVD berada pada 3 batas yang ditentukan. Bahkan bisa mengambil angka minimum bila sebuah film DVD dibuat agar memperkecil ukuran.

Selama proses perubahan sebuah file video ke format DVD, maka BitRate Variable akan bergerak dinamis dan mengikuti 3 batasan yang sudah ditentukan sebelumnya. Apakah anda akan membuat kualitas gambar sebuah film DVD dengan tingkat resolusi tinggi atau rendah.

Disinilah fungsi Varible BitRate yang memudahkan untuk mengatur secara dinamis seberapa besar ukuran sebuah frame dari film DVD. Dan gambar akan terlihat memiliki kualitas dinamis.

Walaupun sistem VBR akan menurunkan naikan kualitas gambar, sisi negatifnya akan terlihat kurang tajam pada objek bergerak ketika ditayangkan.

Kalau saya pribadi lebih prefer menggunakan setingan VBR. mengingat biasanya dampak dari setingan ini mempengahruhi hasil dari rekaman dan size yang dihasilkan serta keadaan dimana space (HDD) yang ada menurut perhitungan dibawah rata-rata dari reqiurtment jumlah kamera.

sumber: http://kuliahttx.forumid.net/t191-tentang-vbr-dan-cbr

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Para ulama sejak dini telah mengenal istilah thariqatul jam'i, yaitu metode untuk menggabung dan mencari titik-titik kesesuaian antara dalil-dalil yang sekilas terasa bertentangan.

Fenomena dalil-dalil yang sekilas terasa bertentangan bukan hal yang asing lagi. Jangankah antara Al-Quran dengan Hadits, bahkan antara sesama ayat Al-Quran sendiri pun kalau dipahami dengan zahirnya saja, begitu banyak ketidak-sesuaiannya.

Mencari titik-titik persamaan dari dua dalil yang sekilas bertentangan bisa dengan berbagai cara, misalnya lewat nasikh mansukh, atau lewat dalil 'aam dan khaash, atau lewat cara-cara lainnya. Pembahasan masalah ini akan lebih tuntas manakala kita mendalami ilmu ushul fiqih. Dan alhamdulillah, para ulama syariah selalu dibekali dengan ilmu yang satu ini, sehingga tidak mungkin muncul kerancuan dalam menarik kesimpulan hukum dalam syariat.

Mestinya para ulama hadits (muhadditsin) juga dibekali dengan ilmu ushul fiqih juga, sebab kalau sekedar meneliti keshahihan suatu hadits, tanpa dibekali dengan metodologi istimbath hukum yang mantap, hasilnya masih sangat mentah. Peran para muhaddits yang tidak menguasai ilmu ushul fiqih jadi sangat terbatas, yaitu mengeluarkan hasil penelitian derajat keshahihan suatu sanad saja. Tetapi tidak bisa sampai kepada kesimpulan akhir dalam masalah hukum seperti wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram.

Sedemikian pentingnya ilmu ushul fiqih ini, sehingga orang awam yang mencoba menelusuri sendiri dalil-dalil Quran dan sunnah dipastikan akan mengalami kebingungan sendiri nantinya. Tentu kita tidak ingin mengalami hal itu bukan?

Muslim Ideal: Yang Kaya atau Yang Miskin?

Kaya atau miskin bukanlah sebuah dosa yang harus dihindari. Ketika Allah SWT meluaskan rizqi seseorang, bukanlah sebuah jebakan untuk menyeretkan ke dalam neraka. Dan ketika Allah menyempitkan rizqi hamba-Nya, belum tentu menjadi jaminan atas surga-Nya.

Semua akan kembali kepada bagaimana menyikapinya. Rasa kurang tepat kalau dikatakan bahwa muslim ideal itu adalah yang miskin saja atau yang kaya saja. Yang ideal adalah yang miskin tapi bersabar dan yang kaya tapi banyak berinfaq serta syukur. Keduanya telah dicontohkan langsung oleh Rasulullah dan para shahabatnya.

Abu Bakar as-shiddiq, Utsman bin Al-Affan, Abdurrahman bin Al-Auf radhiwallu anhum adalah tipe-tipe shahabat nabi yang diluaskan rezekinya oleh Allah. Bahkan Umar bin Al-Khattab pun pernah diberikan kekayaan yang luar biasa berlimpah. Dan yang paling kaya di antara semua itu adalah Rasulullah SAW sendiri.

Siapa bilang Rasulullah SAW itu miskin dan tidak punya penghasilan. Bahkan dibandingkan dengan saudagar terkaya di Madinah, pemasukan Rasulullah SAW jauh melebihi. Memangnya apa sih profesi Rasulullah SAW? Berdagang?

Tidak, beliau SAW bukan pedagang. Dahulu sewaktu belum diangkat menjadi nabi, memang beliau pernah menekuni profesi sebagai pedagang. Tapi profesi itu sudah tidak lagi beliau lakoni setelah itu, terutama setelah beliau diangkat jadi nabi.

Pemasukan beliau adalah dari ghanimah (harta rampasan perang), di mana oleh Allah SWT beliau diberikan hak istimewa atas setiap harta rampasan perang. Bila suatu kota atau negeri ditaklukkan oleh kaum muslimin, maka beliau punya hak 20% dari pampasan perang. Hak ini menjadikan Rasulullah SAW sebagai orang dengan penghasilan terbesar di Madinah. Rampasan perang itu bukan harta yang sedikit, sebab terkait dengan semua aset-aset yang ada di negeri yang ditaklukkan.

Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS Al-Anfal: 41)

Namun semua hak yang beliau terima itu tidak menjadikan beliau hidup di istana megah, atau mengoleksi semua baju termahal dunia, atau makan makanan terlezat di dunia. Semua tidak terjadi pada beliau, sebab semua harta yang beliau dapatkan hanya beliau kembalikan lagi buat para fakir miskin dan orang-orang tak punya yang membutuhkan.

Kehidupan pribadi beliau sendiri terlalu bersahaja, tidur hanya beralas tikar kasar yang kalau beliau bangun, maka masih tersisa bekas cekatannya di kulit beliau. Bahkan pernah 3 bulan dapur rumah beliau tidak mengepulkan asap.

Demikian juga shahabatnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq, apa sih yang beliau tidak punya dari harta kekayaan dunia. Beliau seorang saudagar besar yang kalau mau menumpuk kekayaan, tidak akan habis dimakan tujuh turunan. Tetapi seluruh harta yang beliau miliki diinfaqkan ke baitul muslimin. Ketika ditanya apa yang disisakan untuk anak dan isteri, beliau hanya menjawab bahwa untuk anak dan isteri adalah Allah SWT. Subhanallah!

Perilaku gemar infaq ini sampai membuat Umar bin Al-Khattab ra iri dengan Abu Bakar. Beliau baru mampu menginfaqkan 50% dari total hartanya saja. Bahkan pernah beliau mendapatkan hak eksklusif atas perkebunan kurma di Khaibar. Kalau dinilai nominal, maka hak itu akan membuatnya sangat kayaraya dan bisa membangun istana termegah di muka bumi dengan biaya pribadi, tetapi beliau justru mewakafkannya di jalan Allah. Padahal perkebunan kurma itu selalu menghasilkan panen tiap tahun sepanjang masa.

Belum lagi Utsman bin Al-Affan ra. yang kemaruk untuk bershadaqah, tidak boleh melihat orang sudah, kepinginnya langsung membantu dengan hartanya yang sangat berlimpah.

Pendeknya, Islam sangat tidak mengharamkan kekayaan, bahkan nabi dan para shahabat boleh dibilang termasuk jajaran milyarder dengan usaha dan jerih payah mereka, tetapi yang menarik kita kaji adalah sikap mereka setelah menjadi milyarder itu sendiri. Tidak ada keinginan untuk bermewah-mewah, apalagi pamer kekayaan. Justru semuanya malah dinafkahkan ke baitul-mal muslimin.

Barangkali inilah yang sulit kita contoh di masa sekarang. Untuk sekedar jadi kaya, bikin usaha, punya beberapa perusahaan multi nasional, mungkin kita bisa mencapainya. Tetapi bisakah kita tetap berada di jalan para shahabat itu ketika kekayaan sudah di tangan?

Tentu ceritanya akan lain bila kita sendiri yang mengalaminya. Sehingga banyak orang yang terjebak dengan situasi ini, lalu lebih memilih hidup miskin saja. Tentu ini masalah pilihan hidup dan selera masing-masing individu.

Yang penting, Islam sama sekali tidak mengharamkan umatnya jadi orang kaya, sebab nabi dan para shahabat pun banyak yang kaya. Tapi kalau tidak mampu jadi orang kaya, hidup jadi orang miskin saja pun tidak apa-apa. Tapi biar pun jadi orang miskin, jangan dikira masalah sudah selesai. Selamanyawa masih dikandung badan, selama itu pula ujian dan cobaan masih harus kita hadapi.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kaya atau miskin bukanlah sebuah dosa yang harus dihindari. Ketika Allah SWT meluaskan rezeki seseorang, bukanlah sebuah jebakan untuk menyeretkan ke dalam neraka. Sebaliknya, ketika Allah SWT menyempitkan rezeki hamba-Nya, belum tentu menjadi jaminan atas surga-Nya. Semua akan kembali kepada bagaimana menyikapinya.

Rasanya kurang tepat kalau dikatakan bahwa Muslim ideal itu adalah yang miskin saja atau yang kaya saja. Demikian dijelaskan KH Ahmad Sarwat Lc dalam laman Rumah Fiqih.

KH Ahmad Sarwat menjelaskan, yang ideal adalah yang miskin tapi bersabar, dan yang kaya tapi banyak bersedekah serta bersyukur. Keduanya telah dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

Abu Bakar As-Shiddiq, Utsman bin Al-Affan, Abdurrahman bin Al-Auf Radhiwallu anhum adalah tipe-tipe sahabat Nabi SAW yang diluaskan rezekinya oleh Allah SWT. Bahkan Umar bin Al-Khattab pun pernah diberikan kekayaan yang luar biasa berlimpah. Namun, yang paling kaya di antara semua itu adalah Rasulullah SAW sendiri.

Siapa bilang Rasulullah SAW itu miskin dan tidak punya penghasilan? Bahkan dibandingkan dengan saudagar terkaya di Madinah, pemasukan Rasulullah SAW jauh melebihinya.

Memangnya apa sih profesi Nabi Muhammad SAW? Nabi Muhammad SAW bukan pedagang. Dahulu sewaktu belum diangkat menjadi Nabi, memang beliau pernah menekuni profesi sebagai pedagang. Tapi profesi itu sudah tidak lagi beliau jalani setelah itu, terutama setelah beliau diangkat jadi Nabi.

Pemasukan Nabi Muhammad SAW adalah dari ghanimah (harta rampasan perang), di mana oleh Allah SWT beliau diberikan hak istimewa atas setiap harta rampasan perang. Jika suatu kota atau negeri ditaklukkan oleh kaum Muslimin, maka beliau punya hak 20 persen dari pampasan perang. Hak ini menjadikan Rasulullah SAW sebagai orang dengan penghasilan terbesar di Madinah. Rampasan perang itu bukan harta yang sedikit, sebab terkait dengan semua aset-aset yang ada di negeri yang ditaklukkan.

Sudah banyak orang yang tahu tentang perbedaan antara VBR dan CBR. Kalau kamu belum tahu, VBR adalah variable bit rate, dan CBR adalah constant bit rate. Kedua istilah ini merupakan cara untuk mengukur kecepatan transfer data ketika kita memutar video atau audio. Namun, apakah kamu sudah tahu perbedaannya dan bagaimana keduanya bekerja?

Well, VBR dan CBR sangat berbeda. Secara sederhana, VBR memungkinkan transfer data berbeda-beda dalam jumlah yang berbeda-beda pula pada setiap saat. Sebaliknya, CBR mengirim data dalam jumlah yang konstan atau sama setiap saat. Apa dampaknya pada pengalaman kita dalam menikmati musik atau video? Saat kita memutar file dengan format VBR, kita mungkin merasa suka dengan kualitas suara atau video yang lebih baik daripada CBR. Namun, di sisi lain penggunaan VBR juga lebih memakan kapasitas memori ketimbang CBR.

Meskipun keduanya menawarkan suara dan video yang berkualitas, kelebihan dan kekurangan masing-masing format ini akan terasa ketika kita menggunakan file tersebut secara rutin. Apalagi ketika kita menggunakan banyak file sekaligus. Maka dari itu, penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara VBR dan CBR. Setelah itu, kita dapat memilih format yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan kita. Jadi, yuk simak penjelasan lebih lanjut tentang VBR dan CBR serta dampak penggunaannya pada pengalaman kita dalam menikmati media tersebut!

Terima Kasih Sudah Membaca!

Sekarang kamu sudah tahu perbedaan antara VBR dan CBR. Kedua jenis bit rate ini memang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tergantung pada kebutuhan kamu, kamu dapat memilih jenis bit rate mana yang ingin digunakan untuk keperluanmu. Jangan lupa untuk berkunjung kembali ke website ini untuk membaca artikel menarik lainnya. Sampai jumpa lagi!

Masih bingung dengan istilah sarjana terapan? Jenjang pendidikan diploma ini punya gelar yang mirip dengan program sarjana atau S1. Nah, apa itu sarjana terapan? Lalu, apa beda sarjana terapan dan sarjana?

Sarjana terapan adalah jenjang pendidikan diploma yang setara dengan jenjang sarjana (S1). Nama lain jenjang pendidikan ini adalah Diploma 4 atau D4. Sarjana terapan adalah jenjang pendidikan vokasi. Sementara sarjana adalah jenjang pendidikan akademik.

Sarjana terapan dikatakan setara dengan sarjana karena bobot keilmuan program D4 setara dengan jenjang S1. Adapun perbedaannya hanya pada perbandingan bobot keilmuannya, seperti dikutip dari akun Instagram resmi Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, apakah sarjana terapan atau lulusan D4 bisa lanjut kuliah ke jenjang S2 langsung, atau harus ambil kuliah S1 dulu?

Rupanya, karena bobot perkuliahannya sama, mahasiswa jenjang D4 tidak perlu lagi mengambil jenjang sarjana kalau mau lanjut kuliah ke tingkat magister atau S2, khususnya magister terapan. Bobot perkuliahan D4 dan S1 yaitu 144 SKS.

Adapun kuliah jenjang D4 mengedepannya sisi praktik ketimbang teori dibandingkan dengan kuliah jenjang S1. Di jenjang S2 terapan, kamu akan mendapat praktik-praktik yang mendalam sesuai jurusan yang kamu pilih.

Nah, lebih baik kuliah kuliah D4 atau S1? Baik program pendidikan D4 ataupun S1 sama baiknya, sesuai kebutuhan kamu. Jika kamu ingin fokus mencari pekerjaan di bidan keahlian dan praktik, maka disarankan untuk memilih kuliah jenjang D4.

Sebab, mahasiswa jenjang D4 akan belajar kemampuan praktik yang dibutuhkan di dunia kerja, sekaligus pengetahuan lebih lengkap dibandingkan dengan kuliah jenjang diploma di bawah D4, seperti D3, D2, dan D1. Kecakapan ini merespons kebutuhan perusahaan-perusahaan akan individu dengan keahlian praktik.

Sementara kalau kamu ingin jadi seorang ahli dalam suatu bidang keilmuan, kamu disarankan memilih jenjang S1. Sebab, di pendidikan jenjang S1, kamu akan dibentuk sebagai seorang akademisi dengan berbagai kemampuan mengolah dan mengaplikasikan teori bidang ilmu pengetahuan.

Ada banyak jurusan perkuliahan yang menyediakan perkuliahan jenjang D4. Rata-rata jurusan tersebut terkait dengan kebutuhan praktik lapangan dan sangat dibutuhkan di dunia pekerjaan. Jurusan-jurusan yang menyediakan jenjang D4 di antaranya jurusan akuntansi, teknik sipil, teknik desain komunikasi visual, teknik informatika dan komputer, dan administrasi.

Adapun setiap perguruan tinggi yang menyelenggarakan sekolah vokasi biasanya menyediakan program kuliah jenjang D4. Beberapa perguruan tinggi Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan vokasi D4 di antaranya Universitas Indonesia (UI), Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Padjajaran (Unpad), hingga Universitas Airlangga (Unair). Informasi terkait jurusan dan kampus yang sesuai minatmu bisa kamu cari di berbagai media dan website kampus.

Pendidikan vokasi dan akademik sama baiknya, tinggal merenungkan mana yang lebih cocok dipilih untuk mewujudkan impian kamu di masa depan. Nah, pilih kuliah D4 atau S1 nih detikers?

CBR better than VBR - Ketika mendengarkan lagu yang part kuat-kuat saja atau slow-slow saja, bitnya tetap sama, sehingga kualitas audio lebih stabil. - Proses pengkodean akan lebih singkat atau cepat. - Ketika motion lagu lebih stabil, maka CBR lebih baik digunakan. VBR better than CBR - Ketika dalam setiap lagu terdapat banyak elunan bunyi e.g. gitar, drum, vokal dengan tinggi dan rendah yang berbeda maka format VBR dapat m enyesuaikan bit dari nada-nada tersebut. Sehingga alunan nada semakin jelas terdengar. - Penyimpanan lebih minimal karena menyesuaikan dengan rate bit sehingga lebih fleksibel. - Ketika bit rate lebih bervariasi, maka VBR lebih baik untuk digunakan.

Kelebihan dan Kekurangan VBR

Untuk memahami perbedaan VBR dan CBR sebelumnya, mungkin perlu untuk mengetahui terlebih dahulu apa itu VBR. VBR adalah singkatan dari Variable Bit Rate, yang menunjukkan kemampuan suatu aplikasi atau software untuk mengubah besarnya bitrate dalam sebuah file audio atau video sesuai dengan kebutuhan.

Seperti namanya, VBR mengalokasikan bitrate secara variabel, yang berarti bahwa dalam beberapa bagian dari audio atau video, bitrate mungkin lebih tinggi daripada bagian lainnya. Ini sebenarnya adalah keuntungan utama VBR. Dalam beberapa aplikasi, VBR dapat menghasilkan kualitas yang lebih baik dengan bitrate yang lebih rendah dibandingkan CBR.

Namun, seperti halnya teknologi baru, VBR juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menggunakannya. Beberapa kekurangan tersebut, antara lain:

Pertama, VBR memerlukan proses encoding yang lebih kompleks dibandingkan CBR. Artinya, jika pada saat encoding terjadi kesalahan, maka hal tersebut akan mempengaruhi kualitas keseluruhan file.

Kedua, VBR juga dapat mempengaruhi konsistensi bitrate. Jika bitrate yang terlalu rendah digunakan pada bagian yang kompleks atau bising dalam sebuah audio atau video, maka akan menyebabkan kompresi lebih besar dan kualitas yang lebih buruk pada bagian tersebut.

Ketiga, alur kerja VBR kurang dapat diandalkan dalam produksi audio dan video berukuran besar. Jika ini menjadi masalah, maka CBR mungkin menjadi pilihan yang lebih baik.

Secara keseluruhan, pada akhirnya, keputusan tentang apakah untuk menggunakan VBR atau CBR akan tergantung pada kebutuhan dan preferensi Anda. Setiap jenis memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang perlu dipertimbangkan sebelum menentukan pilihan.